Minggu, 09 Juni 2013

PESANTREN ABAD 21

SEJARAH PESANTREN ABAD 21 M MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Sejarah Islam di Indonesia Dosen Pengampu: Drs. H. Mat Solikin, M.Ag Disusun Oleh : Syafa’atul Munawaroh 113111088 Muhammad Muammar Khadafi 113111131 Kelompok 5 PAI-4C FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2013 SEJARAH PESANTREN ABAD 21 M I. PENDAHULUAN Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang diperkenalkan di Jawa sekitar 500 tahun yang lalu. Sejak saat itu, lembaga pesantren tersebut telah mengalami banyak perubahan dan memainkan berbagai macam peran dalam masyarakat Indonesia. Pada zaman walisongo, pondok pesantren memainkan peran penting dalam penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Juga pada zaman penjajahan Belanda, hampir semua peperangan melawan pemerintah kolonial Belanda bersumber atau paling tidak dapat dukungan sepenuhnya dari pesantren. Sebagai lembaga pendidikan pertama yang ada di Indonesia, pesantren jelas memiliki jasa yang besar dalam mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Banyak tokoh-tokoh pahlawan nasional yang dilahirkan dari pesantren yang mempunyai jasa besar bagi kemerdekaan Indonesia dan telah mengharumkan nama bangsa. Di sini tampak bahwa pada masa sebelum kemerdekaan, pesantren telah menempatkan posisinya secara tepat dalam proses pembangunan bangsa ini. Pada masa sekarang dengan adanya berbagai perubahan di segala bidang, pesantren perlu berbenah diri, terutama dalam bidang pendidikan. Masa depan pesantren adalah tergantung kepada kemampuan para kiai untuk menegaskan identitas pesantren sebagai sistem pendidikan yang didominasi ulama (ulama dominated educational system) dan dalam waktu yang bersamaan menegaskan perannya dalam mendukung dan menyeimbangkan program pendidikan nasional. II. RUMUSAN MASALAH A. Bagaimana sejarah pesantren abad 21 M? B. Bagaimana perkembangan pesantren pada abad 21M? C. Bagaimana peran pesantren pada abad 21 M? D. Bagaimana kondisi pesantren pada abad 21 M? III. PEMBAHASAN A. Sejarah Pesantren Abad 21 M Rahadjo dalam penelitiannya mengemukakan bahwa sejak awal perkembangannya, pesantren mempunyai bentuk yang beragam sehingga tidak ada suatu standarisasi khusus yang berlaku bagi pesantren. Namun dalam perkembangannya, tampak adanya pola umum sehingga pesantren dapat dikelompokkan kedalam dua tipe. Pertama, pesantren modern (khalafiyyah) yang ciri utamanya adalah: (1) gaya kepemimpinan pesantren cenderung korporatif; (2) program pendidikannnya berorientasi pada pendidikan keagamaan dan pendididkan umum; (3) materi pendidikan agama bersumber dari kitab-kitab klasik dan nonklasik; (4) pelaksanaan pendidikan lebih banyak menggunakan metode-metode pembelajaran modern dan inovatif; (5) hubungan antara kiai dan santri cenderung bersifat personal dan koligial; (6) kehidupan santri bersifat individualistik dan kompetitif. Kedua, pesantren tradissonal (salafiyyah), yaitu pesantren yang masih terikat kuat oleh tradisi-tradisi lama. Beberapa karakteristik tipe pesantren ini adalah: (1) sistem pengelolaan pendidikan cenderung berada ditangan kiai sebagai pemimpin sentral, sekaligus pemilik pesantren; (2) hanya mengajarkan pengetahuan agama; (3) materi pendidikan bersumber dari kitab-kitab berbahasa arab klasik atau biasa disebut kitab kuning; (4) menggunakan sistem pendidikan tradisional; (5) hubungan antara kiai, ustadz, dan santri cenderung bersifat Hirarkis; (6) kehidupan santri cenderung bersifat Komunal dan egaliter. Pesantren sebagai tradisional Islam di Indonesia tentu telah mengalami proses perubahan dan modernisasi untuk dapat survive sampai hari ini. Eksistensi pesantren sampai saat ini bukan hanya karena memiliki potensi sebagai lembaga yang identik dengan makna keislaman, juga karakter yang eksistensi dalam lembaga pendidikan islam sebagai makna keaslian Indonesia untuk menghadapi modernisasi dan perubahan yang kiat cepat yang berdampak luas. Pesantren telah melakukan akomodasi dan konsensi-konsensi tertentu untuk menemukan pola yang dipandangnya cukup tepat tanpa mengorbankan esensi-esensi dasar dalam eksistensi pesantren. Respon pesantren adalah dengan melakukan sistem modernisasi sistem pendidikan pesantren. modernisasi sebagai proses pergeseran sikap dan mentalitas untuk dapat hidup sesuai dengan tuntutan masa kini. Anggapan modernisasi berkonotasi dengan merosotnya nilai-nilai ruhani, tercabutnya budaya-budaya lokal. Namun harus diakui bahwa pada awalnya modernisasi membawa pada hal yang positif yaitu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pesantren modern merupakan salah satu agenda yang sangat penting dalam sejarah pendidikan Indonesia. Isu ini mulai muncul pada permulaan abad ke-20, seiring dengan modernisasi dan perubahan sosial di masyarakat muslim Indonesia. Pengertian pesantren modern dikontraskan dengan pesantren tradisional yang identik dengan kejumudan berpikir dan sistem pendidikan yang tidak efektif. Salah satu orang yang berjasa merumuskan konsep pesantren modern di Indonesia adalah K.H.Imam Zarkasyi, pendiri pondok modern Gontor. Dalam pandangannya, pesantren harus menerapkan kebebasan berpikir, manajemen efektif dan efisien, dan pengenalan santri terhadap modernitas. Sikap yang tunduk secara membabi buta (taklid) pada mazhab tertentu sering kali mengakibatkan hilangnya kebebasan berpikir. Gontor sejak awal menyatakan tidak terlalu mementingkan mazhab tertentu dalam pelaksanaan ibadah keagamaan. Meskipun fiqih yang diajarkan kepada para santri adalah fiqih mazhab syafi’i, namun santri ditekankan untuk tidak terjebak dalam khilafiyah. Untuk menghindari hal ini, sudah lama Gontor mengajarkan fiqih perbandingan kepada para santrinya. Kitab yang menjadi rujukan untuk pelajaran ini adalah Bidayatul Mujtahid karangan Abu al-Walid Muhammad Ibn Rusy. Sementara itu, manajemen yang efektif dan efisien diterjemahkan bahwa pesantren harus memiliki sistem administrasi dan keuangan yang baik, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan. Lebih lanjut sistem manajemen pesantren diwujudkan dengan mengembangkan sistem kepemimpinan pesantren. Pondok Modern Gontor semula bernama pondok pesantren Darussalam Gontor. Pemberian istilah modern menurut para pendirinya dikaitkan dengan sistem pendidikan dan metode pengajaran yang digunakannya. Pondok Modern Gontor berbeda denga pondok-pondok salaf pada umumnya. Di Gontor telah dipergunakan meja, kursi, papan tulis dan peralatan belajar yang lainnya. Kemodernan pondok Gontor juga dapat dilihat pada orientasi pendidikannya yang lebih mementingkan ilmu alat, seperti bahasa Arab dan bahasa Inggris. Gontor juga tergolong pesantren yang tidak hanya berorientasi pada teori pelajaran bahasa, tetapi juga mempraktekkan bahasa arab dan inggris dilingkungan kampusnya sebagai bahasa pergaulan sehari-hari. Selain di gontor juga terdapat PPMP (Pondok Pesantren Modern Putri) Darur Ridwan. Didirikan pada tahun 1989 oleh K.H. Aslam Suryono Hadi, Darur Ridwan merupakan sebuah pondok pesantren modern khusus putri. Sebagai alumni Pondok Modern Darus Salam Gontor, K.H. Aslam memilih untuk mengikuti sistem pendidikan yang berasal dari Pondok Gontor tersebut, yaitu, sistem KMI di mana para santri mengikuti baik mata pelajaran agama maupun mata pelajaran umum. Pesantren Darur Ridwan terletak di pinggir jalan raya desa Parangharjo, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Dikelilingi oleh pohon-pohon, kebun berbunga dan sawah yang luas, suasana di pondok tersebut tenang dan damai. Tamu yang mengunjungi Darur Ridwan pertama masuk lewat lengkungan dengan tulisan PPMP ‘Darur Ridwan’ dan menghadap rumah keluarga kyai yang sederhana dan bersahaja. Nama pondok pesantren ini dipilih dan diberikan K.H. Aslam sendiri. “Kata darur ridwan berasal dari bahasa Arab. Arti daru adalah kampung dan arti ar-ridwan adalah rela. Jadi yang dimaksud dengan Darur Ridwan adalah kampung orang-orang yang rela karena Allah semata. Atau dimaksud dengan Ar-Ridwan adalah nama malaikat penjaga surga, jadi Darurridwan artinya ‘kampung surga’”. Pada tahun ajaran 2002-2003 enam puluh santri bersekolah di pesantren Darur Ridwan, semuanya berasrama dan ada kurang-lebih dua puluh Ustad dan Ustadah yang mengajar, baik ajaran agama maupun ajaran umum. Biaya pendidikan pesantren dan asrama sekitar Rp. 80,000 per bulan, dengan tambahan Rp 50,000 pertama kali masuk dan ongkos keperluan-keperluan lain bagi seorang murid seperti buku text, seragam sekolah dan alat tulis. Pesantren Darur Ridwan memiliki sawah wakaf seluas 610,000 da., yang diberikan kepada lembaga Darur Ridwan oleh kepala desa pada tahun 1995. Hasil dari sawah wakaf tersebut digunakan untuk keperluan pondok misalnya renovasi bangunan atau perlengkapan perpustakaan dan lain lain. Tujuan pondok pesantren Darur Ridwan adalah untuk membina ketrampilan kemandirian para santri. Ada dua motto utama, yaitu “tanya dirimu sendiri” dan “bantu dirimu sendiri”. Menurut pekan perkenalan yang disampaikan kepada santri oleh Pak Aslam setiap awal tahun ajaran baru, “ajaran yang utama di dalam pondok pesantren ialah “self help”, atau “membantu diri sendiri”. Para santri diberitahu bahwa “pemuda-pemuda yang terdidik menolong diri sendiri dapat menghadapi masa depan dengan penuh harapan, jalan hidup terbentang luas di mukanya.” Motto ini dipeluk sepenuhnya oleh para santri dalam hidupnya sendiri dan juga dalam hidupnya sebagai anggota masyarakat pondok pesantren. Di pondok, oleh karena disiplin yang tinggi sekali, mereka sanggup menyelenggarakan sendiri kegiatan-kegiatannya dan tidak perlu diawasi para guru. Contohnya, dengan Organisasi Santri Pondok Pesantren Modern Putri (OSPPMP), santri menyelenggarakan sendiri aktivitas seperti olahraga, pemeliharaan lingkungan asrama, kesenian dan muhadloroh. B. Perkembangan Pesantren pada Abad 21 M Di dalam perkembangannya, pondok pesantren tidaklah semata-mata tumbuh atas pola lama yang bersifat tradisional yaitu sorogan, wetonan dan bandongan. Melainkan dilakukan suatu inovasi dalam pengembangan suatu sistem. Di samping pola tradisional yang termasuk ciri-ciri pondok-pondok salafiyah, maka gerakan pembaharuan telah memasuki derap perkembangan pondok pesantren. Dalam pengembangannya, ada tiga sistem yang diterapkan pada pondok pesantren yaitu pertama, sistem klasikal; pola penerapan sistem klasikal ini adalah dengan pendirian-pendirian sekolah-sekolah baik kelompok yang mengelola pengajaran agama maupun ilmu yang dimasukkan dalam kategori umum dalam arti termasuk didalam disiplin ilmu-ilmu kauni (“ijtihad”/ hasil pemikiran manusia) yang berbeda dengan agama yang sifatnya taufiqi (dalam arti kata langsung ditetapkan bentuk dan wujud ajarannya). Kedua, sistem kursus-kursus (takhasus) ini ditekankan pada pengembangan keterampilan tangan yang menjurus pada terebinanya pengetahuan psikomotorik seperti kursus menjahit, mengetik, komputer dan sablon. Pengejaran sisterm kursus ini mengerahkan pada terbentuknya santri-santri yang mandiri dalam menopang ilmu-ilmu agama yang mereka terima dari kiyai melalui pengajaran sorogan dan wetonan. Sebab pada umumnya santri diharapkan tidak tergantung pada pekerjaan dimasa mendatang, melainkan harus mampu menciptakan lapangan pekerjaan sesuai dengan kemampuan mereka. Ketiga, sistem pelatihan; di samping sistem pengajaran klasikal dan kursus-kursus, dipesantren juga dilaksanakan sistem pelatihan yang menekankan pada kemampuan psikomotorik. Pola pelatihan yang dikembangkan adalah termasuk menumbuhkan kemampuan praktis seperti pelatihan pertukangan, perkebunan, perikanan, manajemen koperasi dan kerajinan-kerajinan yang mendukung terciptanya kemandirian integratif. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan yang lain yang cenderung melahirkan santri yang intelek dan ulama yang potensial. C. Peran Pesantren pada Abad 21 M Pesantren sebagai warisan masa lalu umat islam Indonesia tumbuh dalam masyarakat untuk melayani berbagai kebutuhan mereka. Ia dapat melayani kebutuhan pendidikan ketika masyarakat memerlukannya, terutama ketika lembaga-lembaga pendidikan modern yang pada umumnya bersifat formal, belum mampu menembus kepelosok desa. Pada saat itu dunia pesantren menjadi simbol yang menghubungkan dunia pedesaan dengan dunia luar. Manifestasinya sebagai penghubung, tergambar dari pesantren yang beragam dalam proses pembangunan masyarakat. Ada yang bergerak dalam bidang pendidikan, ekonomi, pertanian, peternakan dan bimbingan moral atau kerohanian. Namun ada persamaan karakteristik yang melekat pada pesantren, yaitu semua berangkat dari sikap dan keyakinan agama, serta berbasis dan berorientasi pada kepentingan masyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dinamika perkembangan masyarakat yang sangat pesat pada beberapa dasawarsa terakhir, memunculkan tuntutan-tuntutan baru dalam bidang pendidikan yang semakin beragam. Keragaman tuntutan pendidikan tersebut pada gilirannya menimbulkan orientasi dan peran pesantren menjadi beragam pula. Identitas pesantren yang pada awal perkembangannya merupakan sebuah lembaga pendidikan dan penyiaran agama islam, kini identitas tersebut mengalami pergeseran sejalan dengan perkembangan masyarakat. Walau demikian, pergeseran yang dialami pesantren sama sekali tidak menjadikannya tercerabut dari akar kulturalnya. Pesantren dengan karakteristik kemandirian dan independensi kepemimpinannya tetap memiliki beberapa fungsi, diantaranya: 1. Sebagai lembaga pendidikan yang melakukan transformasi ilmu pengetahuan agama dan nilai-nilai keislaman 2. Sebagai lembaga keagamaan yang melakukan kontrol sosial 3. Sebagai lembaga keagamaan yang melakukan rekayasa sosial Sejalan dengan paparan diatas, pesantren terlibat aktif dalam mobilisasi pembangunan masyarakat desa, sehingga komunitas pesantren terlatih melaksanakan pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat yang menyebabkan terjalinnya hubungan yang harmonis antara santri dan masyarakat, antara kiai dan kepala desa. Sehubungan dengan fungsi dan peran pesantren tersebut, serta karakteristik yang dimilikinya menjadikan pesantren sebagai sumberdaya lokal sekaligus sebagai modal sosial lokal yang setrategis dalam upaya membangun masyarakat. Dikatakan strategis, karena pesantren dan kiai dipandang sebagai “setali tiga uang” dengan masyarakat tradisional pedesaan. Lebih lanjut dikatakan bahwa pesantren menjadi pusat aktifitas masyarakat kepesantrenan, dimana kiyai, keluarga pengurus, para ustadz, santri dan keluarganya serta penduduk disekitar pesantren mempunyai sistem relasi yang tertata apik. D. Kondisi Pesantren pada Abad 21 M Proses menuju abad 21 telah berlangsung sejak tahun tujuh puluhan. Tidak ada yang bisa menghindar ataupun mengelak dari proses ini. Abad 21 ditandai dengan pergeseran nilai – nilai ekonomi dan politik, dari orientasi kwantitatif ke orientasi kualitatif. Selain itu juga terjadi perubahan teknologi dan inovasi. Abad ini dikenal dengan istilah “globalisasi”. Globalisasi sebagai ciri dari modernitas merupakan realitas trans-nasional yang sulit dihindari. Penemuan-penemuan sains dan teknologi memberikan kemudahan luar baisa kepada manusia modern. Benyamin Hoessein (2000) yang dikutip oleh Amytha Trisnawardani, mendefinisikan globalisasi dapat dipandang sebagai proses penyesuaian terhadap kondisi internasional dan penciptaan berbagai penyesuaian terhadap kondisi internasional dan penciptaan berbagai kemungkinan melalui interaksi para pelaku dalam bidang sosial, budaya ekonomi, politik dan dimensi teknologi menjadi suatu intensifikasi interaksi kebudayaan sosial, ekonomi dan saling ketergantungan antar negara, individu, dan rakyat. Dalam proses ini, globalisasi ditandai dengan kemajuan yang sangat pesat dalam bidang tekonologi, informasi dan komunikasi. Dalam konteks globalisasi ini, manusia akan dihadapkan tidak hanya pada perubahan struktur ekonomi dan sosial saja, akan tetapi juga pada persaingan pasar global yang cepat dan meningkat tajam. Perubahan-perubahan ini didorong oleh perubahan teknologi dan inovasi baru yang selain menciptakan pilihan-pilihan baru juga memberikan tantangan baru. Kemajuan teknologi komunikasi abad ini telah memungkinkan berita dan cerita segera menyebar ke seluruh pelosok, menyapa siapa saja, tak peduli penerima pesannya siap atau tidak. Dunia ditandai oleh berbagai perubahan besar dalam tempo yang sangat cepat. Proses perubahan inilah yang melahirkan sejumlah tantangan yang harus dijawab oleh Pondok Pesantren, apakah ia mampu menjadikan tantangan sebagai peluang atau justru menjadi hambatan. IV. KESIMPULAN Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian pesantren modern dikontraskan dengan pesantren tradisional yang identik dengan kejumudan berpikir dan sistem pendidikan yang tidak efektif. Salah satu orang yang berjasa merumuskan konsep pesantren modern di Indonesia adalah K.H.Imam Zarkasyi, pendiri pondok modern Gontor. Dalam pandangannya, pesantren harus menerapkan kebebasan berpikir, manajemen efektif dan efisien, dan pengenalan santri terhadap modernitas. Selain di gontor juga terdapat PPMP (Pondok Pesantren Modern Putri) Darur Ridwan. Didirikan pada tahun 1989 oleh K.H. Aslam Suryono Hadi (alumni Pondok Modern Darus Salam Gontor), Darur Ridwan merupakan sebuah pondok pesantren modern khusus putri yang mengajarkan ilmu agama maupun ilmu umum. Dalam perkembangannya pesantren tidak hanya menerapkan sistem tradisional seperti: sorogan, wetonan, dan bandongan saja. Tapi, lebih mengembangkan sistem-sistem modern seperti: klasikal, kursus-kursus (takhasus), dan pelatihan dengan tujuan agar santri tidak tergantung dengan pekerjaan dimasa mendatang tapi santri harus mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Peran pesantren pada abad 21 M ini antara lain adalah: Sebagai lembaga pendidikan yang melakukan transformasi ilmu pengetahuan agama dan nilai-nilai keislaman, sebagai lembaga keagamaan yang melakukan kontrol sosial, serta sebagai lembaga keagamaan yang melakukan rekayasa sosial. Kondisi pesantren pada abad 21 M ini ditandai oleh berbagai perubahan besar dalam tempo yang sangat cepat. Proses perubahan inilah yang melahirkan sejumlah tantangan yang harus dijawab oleh Pondok Pesantren, apakah ia mampu menjadikan tantangan sebagai peluang atau justru menjadi hambatan. V. PENUTUP Demikian makalah yang dapat kami susun, kami berharap semoga makalah ini dapat dengan mudah untuk dipahami dan bisa menambah wawasan kita. Dan tentunya kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan serta cacat dari kesempurnaaan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan kita bisa memetik hikmahnya. Amin..   DAFTAR PUSTAKA Rizma Sofwan, 2012, file:///G:/sejarah/REPOSISI STRATEGI PESANTREN DALAM PEMBANGUNAN ABAD 21f.htm. Diakses pada 28 April 2013 pukul 15:38 WIB In’am Sulaiman, Masa Depan Pesantren, (Malang: Madani Wisma Kalimetro, 2010), Hj. Binti Maunah, tradisi Intelektual Santri dalam Tantangan dan Hambatan Pendidikan Pesantren di Masa Depan, (Yogyakarta: Penerbit TERAS, 2009) Mayra Wals, pondok pesantren dan ajaran golongan islam ekstrim (studi kasus di pondok pesantren modern putri‘darur ridwan’ parangharjo, banyuwangi), Yasmadi, Modernisasi Pesantren, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) Ahmad Muthohar, Idiologi Pendidikan Pesantren, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2007). Jajat Burhanuddin, Dina Afrianty, Mencetak muslim modern: peta pendidikan Islam Indonesia, (Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA, 2002)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar