Minggu, 09 Juni 2013

PENDIDIKAN IBADAH (TAFSIR)

PENDIDIKAN IBADAH Makalah Di susun guna memenuhi tugas Mata kuliah: Tafsir Tarbawy II Dosen pengampu: Dr. Musthofa Rahman, M.Ag Disusun Oleh : Kelompok 6 PAI-4C 1. Syafa’atul Munawaroh (113111088) 2. Deavy Nur Zamielle R.S (113111092) 3. Ridwan Aziz (113111081) 4. Anifuddin (113111037) 5. Andi Wibowo (113111036) FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2013   I. Ayat dan Terjemahnya A. Q.S. Al-Anbiya: 1  ••       Artinya: “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)”.(Q.S.Al-Anbiya: 1) B. Q.S. Al-Isra’: 44                         Artinya: “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”.(Q.S.Al-Isra’:44) C. Q.S. Al-Hajj: 18                     ••   •            •      Artinya: “Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. dan Barangsiapa yang dihinakan Allah Maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki”.(Q.S.Al-Hajj: 18) D. Q.S. Al-Muzammil: 3       Artinya: “(yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit”.(Q.S.Al-Muzamil: 3) II. Tafsir dan Penjelasan Ayat A. Q.S.Al-Anbiya: 1 Ayat ini menjelaskan bahwa sesungguhnya ayat ini merupakan permulaan yang sangat kuat dan menggoncangkan orang-orang yang lalai. Hisab telah dekat, sementara mereka tetap lengah dan lalai. Ayat-ayat telah dipaparkan, namun mereka malah menghindar dari petunjuk. Perkara itu adalah sungguh-sungguh, namun mereka tidak menyadari bahaya perkara itu. Setiap perkara baru datang dari Al-Qur’an, mereka menyikapinya dengan main-main dan ejekan. Mereka mendengarnya, namun mereka meremehkannya dan mempermainkannya. Ini adalah peringatan dari Allah swt. Akan semakin dekatnya hari kiamat. Sedangkan manusia dalam keadaan lalai terhadap hari itu, an-Nasa’i berkata dari Abu Sa’id, bahwa Rasulullah saw. Bersabda tentang    “sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling” yaitu di dunia. Didahulukannya penjelasan tentang dekatnya hari ini, sedang pembicaraan berlangsung bersama orang-orang musyrik yang mengingkari pembangkitan, menunjukkan bahwa kebangkitan itu tidak diragukan lagi, pasti terjadi. Selain itu, apa yang diharapkan untuk dijelaskan, biasanya dijelaskan secara tegas implikasinya, berupa keadaan dan peristiwa yang menakutkan, seperti penghisaban yang menggoncangkan jiwa. Kaum musyrikin itu lalai dan tidak mau berfikir tentang nasib jelek yang akan mereka temui kelak pada hari hisab dan hari pembalasan itu. Padahal, dengan akal sehat semata, orang dapat meyakini, bahwa perbuatan yang baik sepantasnya dibalas dengan kebaikan, dan perbuatan yang jahat sepatutnya dibalas dengan azab dan siksa. Akan tetapi mereka itu tidak mau memikirkan akibat buruk yang akan mereka terima di akhirat kelak, maka mereka senantiasa memalingkan muka dan menutup telinga, setiap kali mereka diperingatkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi ancaman dan sebagainya. B. Q.S.Al-Isra’: 44 Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa langit ke tujuh, bumi, dan segala makhluk yang menjadi isinya, semuanya menyucikan Allah dari tuduhan dan anggapan orang musyrik, membesarkan-Nya dan mengakui keesaan-Nya, baik dalam kerububiyahan maupun dalam keuluhiyahan-Nya. Tidak ada satu makhluk pun yang tidak bertasbih kepada Allah serta memuji-Nya. Tegasnya, semua makhluk menunjuk kepada wujud Allah yang wajib ada-Nya, kepada kekuasaan-Nya, serta kesucian-Nya dari semua sifat yang baru. Para Ulama’ ahli kalam mengatakan bahwa Allah, Pencipta alam, adalah wajibul wujud (wajib ada-Nya), sedang makhluk-makhluk disebut mumkinat al-wujud (yang mungkin adanya). Al-Mumkinat ini dibagi menjadi berakal dan yang tidak berakal. Makhluk yang berakal mengakui keesaan Allah karena mereka dapat memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di langit, di bumi, dan semua benda-benda yang ada pada keduanya. Oleh karena itu, bibir manusia yang beriman selalu bertasbih memuji Allah. Sedang makhluk yang tidak berakal tunduk pada ahkam kauniyah (yaitu hukum-hukum alam yang diciptakan Allah yang berlaku terhadap benda-benda alam itu). Mereka bertasbih memuki Allah dengan berperilaku sesuai dengan keadaanyang di takdirkan bagi mereka masing-masing. Allah lalu menjelaskan bahwa kaum musyrikin Mekah tidak mengetahui bahwa benda-benda alam dan semua makhluk yang ada bertasbih memuji-Nya, karena mereka tidak mau mengakui keesaan Alla. Bahkan, mereka mengadakan tuhan-tuhan yang lain yang dipersekutukan dangan Allah. Kaum musyrikin tidak mau melihat dan memikirkan ketundukan alam semesta dan segala benda-benda serta makhluk di bumi kepada hukum-hukum alam itu, sebagai pencerminan bagi tasbih mereka memuji Allah swt. Ayat ini secara simbolik menunjukkan bahwa tasbihnya benda-benda di alam secara fisik adalah kepatuhannya (secara sukarela) terhadap hukum Allah yang mengaturnyaatau disebut juga dengan sunatullah. Hukum Allah iyu dikenal manusia sebagai hukum alam atau kaidah ilmu pengetahuan yang diketahui manusia (para ahli) dan berlaku pada semua makhluk termasuk manusia (secara fisik). Adapun yang dimaksud dengan “kamu sekalian tidak memahami tasbih mereka” adalah sebagian besar manusia tidak mengerti sunatullah atau hukum alam yang hanya dimengerti oleh para ahlinya. Jadi hanya orang yang berakal budi dan berpengetahuanlah yang bisa mengerti hukum alam dan demikian juga bisa mengerti akan tasbih dari benda-benda antara langit yang tujuh dan bumi semuanya. Di akhir ayat, Allah swt menegaskan bahwa Dia Maha Penyantun, Dia menangguhkan kalian, dan tidak segera menghukum atas kelalaian dan kebodohanmu yang buruk mengenai tasbih tersebut karena kalian menyekutukan Allah denga selain-Nya, dan kamu menyembah selain Allah di samping menyembah-Nya. Dan diantara ampunan Allah pada kalian adalah, bahwa dia tidak menghukum orang yang mau bertaubat di antara kamu. C. Q.S.Al-Hajj: 18 Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dialah yang berhak diibadahi, Dia Maha Esa tidak ada sekutu bagi-Nya. Karena segala sesuatu, baik secara taat atau terpaksa, harus sujud kepada keagungan-Nya. Dan sujudnya sesuatu secara taat atau terpaksa tersebut merupakan kekhususan bagi-Nya. Dari kalangan Malaikat yang berada di segala penjuru langit dan makhluk-makhluk di segala penjuru, yang terdiri dari manusia, jin, binatang-binatang melata, dan burung tak ada satupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya. Sujud dalam ayat ini berarti mengikuti kehendak dan mengikuti hukum-hukum yang telah digariskan dan ditetapkan Allah. Dapat pula berarti menghambakan diri, beribadat dan menjalankan segala yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala yang dilarang. Allah menciptakan jagat raya ini dan mengaturnya dengan hukum dan ketentuan-Nya. Maka, tampaklah manusia sangat aneh dan menyimpang sendiri dalam bertasbih memuji-Nya. Disinilah Allah menetapkan barang siapa yang dihinakan atau direndahkan oleh Allah, ditetapkan akan celaka karena kekufuran dan kedurhakaannya. Maka tidak seorang pun yang dapat membahagiakannya, sebab semua urusan itu berada di tangan Allah. Dia memberikan taufik-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki, dan menghinakan siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah berbuat untuk makhluk-Nya apa yang Dia kehendaki. Dia menghinakan siapa yang dikehendaki-Nya dan memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya pula. D. Q.S.Al-Muzammil: 3 Dalam ayat ini menjelaskan bahwa Nabi SAW disuruh memilih di antara sepertiga, setengah, dan dua pertiga malam. Dan tidak ada halangan baginya untuk memilih di antara yang tiga itu. Yakni, seperduanya menjadi badal lafadz qoliilan, pengrtian sedikit ini bila dibandingkan dengan keseluruhan waktu malam. Dijelaskan pula didalam tafsir Al Maraghi bahwasanya bangun untuk beribadah pada waktu malam itu amat berat dijalankan, akan tetapi yang demikian itu lebih mantap bagi bacaan al Qur’an, karena hadirnya hati, sedang bacaan al Qur’an waktu siang itu disertai kesibukan jiwa dengan segala keadaan dunia, kemudian, beliau diperintah untuk menyebutkan nam Tuhanya, mengosongkan diri untuk beribadah dan menyerahkan segala urusan kepada-Nya. E. Analisis Ketarbiyahan Massa atau waktu bagi manusia untuk hidup didunia ini tidaklah kekal, setelah kehidupan pasti ada kematian. Mau tidak mau seorang manusi tetaplah akan mati, untuk itu al Qur’an menerangkan bahwa, manusia hendaknya senatiasa untuk mengingat mati, karena dengan hal tersebut akan mendorong seorang insan lebih antissias meningkatkan frekwensi ibadahnya. Akan tetapi banyak manusia yang lupa dan berpaling. Manusia memang diciptakan dengan disertai sifat lupa maka tak heran jika sering kali manusia itu melalaikan beberapa perkara ataupun kewajibanya abik kewajibannyua terhadap Tuhanya ataupun terhadap sesamanya dan dirinya sendiri. Beribadah pada Allah SWT dapat selalu dilaksanakan setiap saat dan tempat, diantara ibadah tersebut adalah bertasbih dan mengingat Allah SWT. Hal ini dikaenakan bukan hanya manusia yang senantiasa bertasbih, akan tetapi gunung, hewan, tumbuhan sekalipin ternyata semua bertasbih kepada Allah. Setiadaknya hal ini menjadi acuan bagi kita sebagai manusia untuk beribadah kepada Allah. F. Kesimpulan Dalam Ayat Q.S.Al-Anbiya: 1 menjelaskan bahwa sesungguhnya ayat ini merupakan permulaan yang sangat kuat dan menggoncangkan orang-orang yang lalai. Hisab telah dekat, sementara mereka tetap lengah dan lalai. Ayat-ayat telah dipaparkan, namun mereka malah menghindar dari petunjuk. Dalam Q.S.Al-Isra’: 44 Allah menjelaskan bahwa langit ke tujuh, bumi, dan segala makhluk yang menjadi isinya, semuanya menyucikan Allah dari tuduhan dan anggapan orang musyrik, membesarkan-Nya dan mengakui keesaan-Nya, baik dalam kerububiyahan maupun dalam keuluhiyahan-Nya. Dalam Q.S.Al-Hajj: 18, Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dialah yang berhak diibadahi, Dia Maha Esa tidak ada sekutu bagi-Nya. Karena segala sesuatu, baik secara taat atau terpaksa, harus sujud kepada keagungan-Nya. Dan sujudnya sesuatu secara taat atau terpaksa tersebut merupakan kekhususan bagi-Nya. Dari kalangan Malaikat yang berada di segala penjuru langit dan makhluk-makhluk di segala penjuru, yang terdiri dari manusia, jin, binatang-binatang melata, dan burung tak ada satupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya. III. Penutup Demikianlah makalah yang dapat kami buat, sebagai manusia biasa kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. DAFTAR PUSTAKA Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2008 Abu Bakar, Bahrun, Terjemahan Tafsir Jalalain, Bandung: sinar baru Algensindo, 2012 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Mekar, 2004. Hasbi ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur jilid III, Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra, 2000 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid V, Jakarta: Lentera Abadi, 2010 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid VI, Jakarta: Lentera Abadi, 2010 Musthafa Al-Maraghi, Ahmad, Tafsir Al-Maraghi Jilid XV, Semarang: Toha Putra,1988 , Tafsir Al-Maraghi Jilid XVII, Semarang: Toha Putra, 1989 _______________________ , Tafsir Al-Maraghi Jilid 29, Semarang: Toha Putra,1988 Surin, Bachtiar, Terjemah dan Tafsir Al-Qur’an, Bandung: Fa-SUMATRA, 1976 Quthb, Sayyid, Fi Zhilalil Qur’an Jilid VIII, Beirut: Darusy Syuruq, 1992

Tidak ada komentar:

Posting Komentar